Wahai, asammanis.news, 08/09/2025 – Momentum Hari Literasi Internasional dimanfaatkan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III Wahai untuk menguatkan budaya membaca di kalangan Warga Binaan. Hal itu terlihat dari aktivitas monitoring fasilitas perpustakaan Beranda MESRA yang baru diresmikan pada Februari lalu.
Kepala Lapas Wahai, Tersih Victor Noya, menegaskan bahwa literasi merupakan elemen penting dalam pembinaan narapidana. “Kami ingin Warga Binaan menjadi pegiat buku, aktif membaca, dan mampu mengembangkan ilmu yang berguna, baik selama menjalani pidana maupun setelah kembali ke masyarakat,” ujarnya.
Menurut Tersih, ketersediaan perpustakaan bukan hanya untuk memenuhi hak pendidikan sesuai Pasal 9 UU No. 22 Tahun 2022 tentang Pemasyarakatan, tetapi juga sebagai sarana pembentukan karakter. “Literasi adalah bagian dari pendidikan sepanjang hayat. Kami berkomitmen menciptakan lingkungan yang edukatif dan produktif,” tegasnya.
Sejalan dengan itu, dukungan eksternal pun datang. Dinas Perpustakaan Kabupaten Maluku Tengah telah melakukan inventarisasi untuk menyalurkan bantuan buku dan lemari, guna memperkaya koleksi bacaan di Lapas.
Frans Tepal, staf pembinaan sekaligus pengelola perpustakaan, menambahkan bahwa literasi berperan dalam Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN). “Warga Binaan yang aktif membaca akan mendapat penilaian positif, yang berpengaruh pada hak-hak pembinaan seperti remisi maupun reintegrasi,” jelasnya. Rata-rata, 10 Warga Binaan memanfaatkan fasilitas perpustakaan setiap hari, dengan tema bacaan beragam, mulai dari keagamaan hingga keterampilan.
Manfaat perpustakaan juga dirasakan langsung oleh para narapidana. AL, salah satu Warga Binaan, mengaku bisa memperdalam pengetahuan agama dan keterampilan. “Selain belajar Al-Qur’an, saya juga membaca buku keterampilan yang bisa saya praktikkan setelah bebas,” katanya. Sementara AB, Warga Binaan lain, memilih buku pertanian untuk mendukung minatnya. “Ilmu ini akan saya terapkan ketika kembali ke masyarakat,” ujarnya.
Apresiasi turut datang dari Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Maluku, Ricky Dwi Biantoro. Ia menilai program literasi di Lapas Wahai sebagai langkah strategis dalam memperkuat kapasitas intelektual narapidana. “Ini adalah upaya transformasi positif yang patut diapresiasi,” katanya.
Peringatan Hari Literasi Internasional di Lapas Wahai membuktikan bahwa di balik tembok penjara, semangat untuk belajar tetap hidup, sekaligus menjadi jembatan menuju reintegrasi sosial yang lebih baik. AM.N-001